Usai peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2013 di Ende, Wakil Presiden Budiono meresmikan patung Bung Karno sedang merenungkan Pancasila di bawah pohon Sukun. Peresmian tersebut ditandai dengan pembukaan selubung patung Bung Karno. Posisi patung tersebut yaitu Bung Karno tampak duduk santai menghadap ke laut dengan kedua kakinya disilangkan. Ia duduk pada sebuah bangku panjang sepanjang 17 meter.
Selanjutnya wakil presiden Budiono yang didampingi ibu Hj.
Herawati, Ketua MPR Taufik Kiemas, dan rombongan meresmikan Situs Rumah
Pengasingan Bung Karno di jalan Perwira-Ende, sekitar 500 meter arah barat laut
dari situs patung Bung Karno tersebut. Di tempat ini Wakil Presiden
menandatangani prasasti dan membuka selubung papan nama situs rumah pengasingan
tersebut.
Sebelum melakukan peresmian kedua situs bersejarah tersebut, Wakil Presiden dan rombongan melaksanakan peringatan 68 tahun lahirnya Pancasila di lapangan Pancasila (dulu lapangan Perse Ende) di kota tersebut.
Kota Ende merupakan kota pengasingan Bung Karno di tahun
1934 – 1938. Di kota inilah diyakini cikal bakal Pancasila dilahirkan dari
perenungan-perenungan Bung Karno, karena selama empat tahun pengasingannya di
Ende, Bung Karno yang saat itu berusia 32 – 33 tahun, memiliki kebiasaan untuk
duduk santai, bermenung di bawah sebuah pohon sukun, sambil menghadap ke laut
lepas.
Pada kesempatan perayaan secara Nasional tersebut, dalam
pidatonya, Wakil Presiden menyebutkan
bahwa ; “lima asas Pancasila yang dikumandangkan Bung Karno pada 68
tahun silam, masih hidup dalam hati dan pikiran warga bangsa Indonesia hingga
saat ini. Pancasila merupakan roh bagi setiap warga bangsa Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sampai
saat ini masih banyak tantangan yang dihadapi Pancasila sebagai pemersatu
bangsa. Sebagai bangsa yang majemuk, berbagai tantangan yang dihadapi saat ini
menunjukan bahwa kehadiran Pancasila sangat dibutuhkan”.
Selanjutnya disampaikan Wakil Presiden bahwa ; “sampai saat ini masih banyak konflik yang terjadi antara warga bangsa.
Masih ada sebagian masyarakat Indonesia yang belum memahami bahwa takdir
Indonesia adalah hidup dalam kemajemukan dan keberagaman. “Saya berharap,
keberagaman dan kebhinekaan Indonesia mesti terus dirawat sebaik-baiknya oleh
seluruh warga bangsa Indonesia. Dengan demikian, kita akan tetap hidup sebagai
satu bangsa yang utuh”, demikian Budiono menekankan.
Selanjutnya, Wakil Presiden Budiono mengingatkan hadirin
untuk memperhatikan apa yang dikatakan Bung Karno tentang Indonesia. “Indonesia, kata Bung Karno, adalah semua untuk semua. Indonesia untuk
semua adalah Indonesia bukan hanya untuk umat Islam, bukan hanya untuk umat
Kristen, umat Hindu, Budha, maupun Kong Hu Chu. Buka juga hanya untuk mereka
yang datang dari sebelah barat atau datang dari sebelah timur. Indonesia tidak
bisa hidup dengan egoisme, baik egoisme agama, suku dan lain sebagainya”.
Sebelum Wakil Presiden menyampaikan pidatonya, dalam
pidatonya, ketua MPR RI Taufik Kiemas menyampaikan penghargaan kepada
Pemerintah yang melaksanakan peringatan hari lahirnya Pancasila secara Nasional
di Kabupaten Ende. Beliau mengingatkan bahwa ; “di tengah berbagai
konflik dan degradasi nilai-nilai luhur Pancasila saat ini, kita harus kembali
berpegangan pada empat pilar kebangsaan yang digalakkan MPR RI yaitu Pancasila,
Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka
Tunggal Ika”.
Acara peringatan hari lahir Pancasila dan peresmian kedua
situs Bung Karno tersebut berlangsung sangat meriah dan dihadiri atau
disaksikan oleh ribuan warga kota Ende. Pada kesempatan tersebut sempat diperdengarkan
lagu kesukaan Bung Karno yang berjudul “Io
Vivat” oleh kelompok paduan suara.